Perlu di-ingat Diri itu, bukan badan/raga/tubuh/jasmani/jasad.
(maaf, jangan salah persepsi).
Mencari dan mengenal Diri itu, adalah WAJIB hukumnya.
Kalau kenal diri, maka kenal Sholat.
Kalau kenal Sholat, maka kenal Muhammad.
Kalau kenal Muhammad, maka kenal Allah SWT.
Kalau kenal Allah, barulah kita bisa dibilang mulai beragama.
Kalau belum kenal Allah (cuma Dengar, Tulis dan Baca nama-Nya),
maka berarti belum beragama.
Hal ini menurut Imam Ali Karamallahu Wajhah R.A.
Kalau tidak kenal Diri, maka tidak kenal Sholat.
Kalau tidak kenal Sholat, maka tidak kenal Muhammad.
Kalau tidak kenal Muhammad, maka tidak kenal Allah.
Kalau tidak kenal Allah, maka berarti belum beragama.
Kemana mencari Diri?.
Semoga Allah mengijinkan untuk bertemu Mursyid.
Mursyid bukan sekedar ustadz. Kalau ustadz mengajar hanya sampai Syari'at.
MUrsyid bukan sekedar Syekh, Kalau Syekh mengajar hanya sampai Tharikat.
Mursyid mengajar di tingkat selanjutnya, yaitu Hakikat.
Mursyid boleh menerangkan mengenai Diri.
Yang paling benar adalah Allah.
Jadi, kalau ada orang/golongan yang mengaku paling benar,
berarti orang/golongan itu merasa sama dengan Allah.
Supaya tidak merasa paling benar, maka perlu tahu, ketemu dan kenal diri.
Semoga Allah mengijinkan untuk bertemu Mursyid.
Mursyid adalah hamba Allah yang sudah mendapatkan rahmat dan ilmu dari Allah.
Jadi, bagi mereka yang berminat mencari Mursyid, cobalah simak firman Allah
sbb ="lalu mereka bertemu dengan seorang hamba, diantara hamba-hamba Kami,
yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari Kami
dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari
sisi Kami (QS Al-Kahfi 18:65).
Semoga Allah mengijinkan untuk bertemu Mursyid.
Tanpa ijin Allah, tidak mungkin bertemu Mursyid.
Tidak bertemu Mursyid, berarti tidak ketemu diri, tidak kenal diri.
Tidak kenal diri, tidak kenal sholat.
Tidak kenal sholat, tidak kenal Muhammad.
Tidak kenal Muhammad, tidak kenal Allah.
Tidak kenal Allah, berarti belum beragama,
menurut Imam Ali Karamallahu Wajhah R.A.
Kalau sudah tahu diri, barulah bisa kenal sholat.
Didalam sholat ada Syahadatain.
Ada yang bersaksi (Penyaksi).
Kalau Penyaksi memberikan kesaksian bahwa ilah tidak ada,
atau dengan artian luas bahwa dia tidak lagi mau terikat
dalam arti kata takut atau cinta kepada apa dan siapapun,
maka Penyaksi, secara fisik, harus dalam keadaan "tidak ada".
Kalau masih ada, berarti belum ber-syahadat.
baru sekedar mengucapkan syahadat.
Kalau belum ber-syahadat, berarti belum sholat.
baru sekedar sembahyang saja.
Jumat, 19 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
assalamua'alikum kang rarhsa...
Masalah Mursyid ini, dikatakan bahwa mursyid akan muncul ketika murid telah siap. Nah, kategori siap ini yang bagaimana? apakah bisa dimujahadahkan, atau memang terpilih secara acak?
kalo menurut saya @lelettoa siap dalam arti paham apa yang di jelaskan guru tuduh (yang banyak orang bilang guru mursid),bukan sekedar ingin tahu saja,tapi memahami agar bisa terbukti nyata terasa agar menjadi satu keimanan bukan jadi satu pertentangan dalam hati dalam menerima ilmu ini.mungkin itu pendapat saya mas lelettoa
Posting Komentar